Gagal Kirim

Hidup Sehat dengan Lingkungan Sehat

Oleh : Ratna Amalia Solikhah


Hidup sehat menjadi dambaan setiap orang. Dengan kondisi yang sehat, aktivitas seperti belajar, bekerja, berbuat sesuatu untuk keluarga, masyarakat bahkan bangsa akan dapat kita wujudkan. Namun, sayangnya kemiskinan seringkali memaksa hidup dalam lingkungan yang tidak sehat. Rumah petak, fasilitas air bersih dan MCK yang tidak layak. Tidak hanya itu, sampah juga banyak bertebaran dimana-mana, jalan-jalan becek dan saluran air kotor, macet atau bahkan tidak ada. Kemiskinan di perkotaan diperparah dengan ketidakpedulian masyarakat terhadap kebersihan. Di balik persoalan ini kita sebenarnya dapat belajar bahwa pola hidup dan lingkungan yang sehat akan dapat menekan dampak-dampak negatif tersebut.

Untuk mewujudkan pola hidup dan lingkungan yang sehat di negara kita bisa dibilang cukup susah dan mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Kita tahu bahwa di berbagai media elektronik maupun cetak acap kali terdengar berita tentang suatu penyakit yang mewabah di berbagai daerah. Masalah ini tak kunjung selesai, padahal visi Indonesia Sehat 2010 sudah dicanangkan sejak lama. Hal ini tentunya menimbulkan keprihatinan dari berbagai kalangan. Tak ayal lagi, ketika kita berbicara tentang kesehatan diri kita ada satu aspek penting yang tidak boleh dilupakan yaitu lingkungan. Mengapa lingkungan? Ini dikarenakan kondisi suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Termasuk kebersihan suatu lingkungan akan mempengaruhi kesehatan warga penghuni lingkungan tersebut.

Kita tak perlu bertanya apakah pemerintah telah mengupayakan perbaikan kesehatan secara menyeluruh. Namun, seharusnya kita bertanya pada diri kita sendiri. Sudahkah kita menciptakan lingkungan yang sehat untuk kita nikmati? Kita ambil contoh kasus yang kerap terjadi di Indonesia untuk membuktikan peran masyarakat dalam menggalakkan hidup sehat melalui lingkungan sehat. Dari data yang diambil oleh pihak Depkes beberapa waktu lalu, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Kita akan terkejut, manakala menyadari bahwa kenyataan ini tidak hanya dijumpai di pedesaan. Bahkan penduduk kota yang tinggal di daerah pinggiran kebanyakan belum menerapkan sanitasi yang baik. Itulah sebabnya penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi, serta nomor 5 bagi semua umur.

Apa yang dipaparkan di atas baru satu dari sekian banyak masalah yang melanda negeri ini. Masih jelas di ingatan kita, tahun 2005 menjadi tahun yang begitu ramai terdengar kasus flu burung atau avian flu. Hal ini menjadi pukulan berat bagi industri pariwisata kita, karena beberapa negara melarang warganya untuk berkunjung ke Indonesia. Sebenarnya jika kita mau berpikir sejenak dan mulai membenahi masalah ini, kita dapat memulainya dari menganalisa masalah utama kasus tersebut. Dan sudah jelas, dalam kasus ini masalah utama yang kita hadapi adalah lingkungan yang tidak sehat.

Tren hidup sehat yang sedang booming di Indonesia belum mempunyai pandangan yang terarah. Kita punya visi, tapi agaknya susah bagi kita untuk menemukan tips atau solusi yang tepat untuk hidup sehat. Akhir-akhir ini banyak bermunculan kiat-kiat hidup sehat, seperti rajin berolahraga, diet makanan fast food, dan masih banyak lainnya. Tapi kita melupakan satu hal, bila kita ingin sehat maka mulailah dari tempat kita tinggal! Sehat, tidak hanya dalam diri kita. Sehat adalah keseluruhan dari diri kita maupun yang berhubungan dengan kita, yaitu lingkungan.

Dilihat dari intensitas masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan masih banyak masalah yang harus segera diberi perhatian secara khusus. Pada umumnya masyarakat, terutama yang hidup di daerah pedesaan, belum paham bahwa masalah–masalah lingkungan di sekitarnya membawa dampak buruk terhadap kesehatan mereka. Faktor pendidikan memang akan sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan menciptakan lingkungan yang mendukung. Dari sinilah kita menyadari bahwa penggalakan penyuluhan lingkungan sehat sangat diperlukan. Tentunya untuk mewujudkan hal ini diharapkan semua pihak dapat berpartisipasi aktif guna melancarkan kegiatan tersebut.

Di tengah kefakiran dalam hal ilmu keselarasan dengan alam, kita diharuskan untuk meyesuaikan diri dengan perkembangan yang tak bisa kita hindari. Tata ruang dalam suatu lingkup masyarakat harus dibenahi. Dan kembali kita ambil contoh masyarakat pedesaan yang pada umumnya memiliki hewan ternak yang dipelihara di sekitar rumahnya. Akibat kurangnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan lingkungan mereka membangun tempat tinggal bagi ternaknya di sekitar rumah mereka tanpa memperhitungkan jarak rumah dan kandang (baca : tempat tinggal ternak; bahasa Jawa). Selain itu, faktor kebersihan tempat hewan ternak itu dipelihara juga kurang diperhatikan. Misalnya saja, kita tahu bahwa flu burung banyak disebabkan setelah penderita mengadakan kontak dengan unggas yang sakit. Namun, muncul kemungkinan tanpa kontak langsung, seperti melalui udara yang terhirup, virus berbahaya ini atau penyakit lainnya yang diderita oleh ternak dapat menyerang manusia.

Lain halnya dengan kasus diare. Dalam hal ini sanitasi amat berperan penting untuk meraih tujuan hidup sehat melalui ligkungan yang sehat. Sanitasi yang baik harus dibuat dengan beberapa kriteria pokok yang sulit untuk ditawar-tawar lagi. Untuk itu kita perlu mempertimbangkan konsep WELLNESS yang dikemukakan Dr. Jonathan, MD. W atau water (air) dan E atau Environment (lingkungan), saling berkaitan satu sama lain. Sehingga ketika kita berbicara lingkungan sehat, terutama tentang sanitasi, kita juga harus memeperhatikan aspek air yang juga merupakan unsur pokok dalam sanitasi.

Dari masalah yang sering dihadapi di daerah pedesaan akibat rendahnya pengetahuan tentang lingkungan sehat kita beralih menuju masalah masyarakat perkotaan. Seiring dengan meningkatnya era industrialisasi, pengembangan kota-kota besar mengharuskan penduduk kota berhadapan dengan masalah polusi lingkungan. Peningkatan polusi kendaraan bermotor dan pencemaran lingkungan akibat limbah rumah tangga ini tentu saja mengganggu keseimbangan alam. Hal ini masih ditambah sempitnya lahan yang membuat sampah menggunung dan menyebabkan pencemaran tanah yang tentu saja akan berpengaruh terhadap sanitasi. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi hal ini. Peran pemuka masyarakat sangat dibutuhkan terutama dalam memberi contoh menciptakan lingkungan sehat kepada masyarakat. Dari pengalaman yang sudah ada, penyakit baru muncul akibat mutasi biologis virus maupun bakteri di lingkungan yang tidak sehat. Perubahan lingkungan juga menyebabkan penyakit lama muncul kembali dan mengganas. Penyakit yang diderita masyarakat tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi kesehatan lingkungan, perilaku yang tidak kondusif, pencemaran lingkungan, serta faktor penentu lainnya. Itulah alasan utama, mengapa kita harus memulai hidup sehat dengan menciptakan lingkungan sehat untuk diri kita dan orang di sekitar kita.

Sebagai tahap awal pola hidup dan lingkungan sehat dapat kita terapkan mulai dari lingkup masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Dari satu keluarga ke keluarga lain, saling berinteraksi dan menyebarkan ilmu mengenai lingkungan sehat yang akan membawa dampak baik bagi kelangsungan hidup manusia. Dari satu keluarga yang kemudian berkembang menjadi lingkup yang lebih luas lagi hingga akhirnya satu kota terbiasa untuk hidup di lingkungan yang sehat. Kemudian ketika hal ini sudah menjadi isu local yang banyak diperbincangkan diharapkan hal ini dapat memotivasi daerah tetangga untuk menerapkannya pula, kemudian menyebarluas hingga menjadi tujuan bersama. Jadi, tunggu apa lagi? Mulailah hidup sehat dengan menciptakan lingkungan yang kondusif sekarang juga!

0 comment: